Minggu, 16 Maret 2014

Puasa Yang Sempurna

Puasa Yang Sempurna

Petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'ala ihi wasallam adalah petunjuk yang paling sempurna, paling mengena dalam mencapai maksud, serta paling mudah penerapannya bagi segenap jiwa. Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan Romadhon adalah Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah.
Malaikat Jibril senantiasa membacakan Al-Qur'anul Karim untuk beliau pada bulan Romadhon; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca Al-Qur'anul Karim, shalat, dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Romadhon, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya maka dengan air.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, "Sesungguhnya aku sedang puasa."

Jika beliau  melakukan perjalanan di bulan Romadhon, terkadang beliau meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan para sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam keadaan junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah terbit fajar dan tetap berpuasa.

Termasuk petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah membebaskan dari qadha' puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.

Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghiup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan istinsyaq secara berlebihan.

Puasa tidak sempurna kecuali dengan merealisasikan enam perkara:
·          Menundukkan pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar yang tercela dan dibenci.
·          Menjaga lisan dari berbicara tak karuan, menggunjing, mengadu domba dan dusta.
·          Menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang tercela.
·          Menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
·          Hendaknya tidak memperbanyak makan.
·          Setelah berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai melakukan ibadah.
Ya Alloh, jadikanlah kami dan segenap umat Islam termasuk orang yang puasa pada bulan ini, yang pahalanya sempurna, yang mendapatkan Lailatul Qadar, dan beruntung menerima hadiah dari Tuhan; wahai Dzat Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Alloh Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan segenap sahabatnya.

(Sumber Rujukan: Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'Ibaad, I/320-338 dan Mau'idzatul Mukminiin min Ihyaa'i Uluumid Diin, hlm. 59-60)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar